Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) meraih laba bersih konsolidasian sebesar RP 8,20 Triliun hingga akhir kuartal I 2019. Sama lainnya, tumbuh 10,42% year on year (yoy) dengan aset mencapai Rp 1.279,86 Triliun atau tumbuh 14,35 yoy.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama, Bank BRI, Suprajarto pada pemaparan kinerja BRI Triwulan I 2019, di kantor pusat Bank BRI, Rabu (24/4/2019).
Dalam paparanya, Suprajarto mengatakan pencapaian tersebut didorong oleh penyaluran kredit dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh sampai dua digit di atas rata-rata industri perbankan nasional serta perbaikan kualitas kredit bermasalah (NPL).
Selain itu, lanjut Suprajarto hingga Maret 2019, penyaluran kredit BRI tercatat sebesar Rp 855,47 Triliun atau tumbuh 12,91% dibanding penyaluran kredit pada akhir Maret 2018, sebesar Rp 757,68 Triliun.
“Apabila dirinci, kredit mikro tumbuh 13,17% yoy, lalu kredit konsumer tumbuh 9,63% yoy. Selain itu, kredit ritel dan menengah umum tumbuh 13,47% yoy serta krredit korporasi tumbuh 14,15% yoy,” imbuh Suprajarto saat konfrensi pers di Gedung Pusat BRI, Rabu (24/4/2019).
Lebih lanjut Suprajarto menjelaskan bahwa kredit mikro masih menjadi porsi terbesar penyaluran kredit BRI dengan sharing mencapai 33,21% dari seluruh portofolio pinjaman. Angka itu naik dibandingkan dengan Maret 2018, sebesar 33,13%.
“Khusus penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada 2019 Bank BRI mendapatkan alokasi breakdown dari pemerintah sebesar Rp 86,97 Triliun. Sampai pada akhir Maret 2019, BRI berhasil menyalurkan Rp 25,32 Triliun kepada lebih dari 1,2 juta debitur atau setara 29,11% dari total target yang ditetapkan,” ujar Suprajarto.
Sementara itu,untuk segmen mikro BRI telah didorong oleh keberhasilan perseroan melakukan digitalisasi pada proses bisnis, salah satunya melalui aplikasi BRISPOT.
Aplikasi tersebut merupakan sebuah terobosa digital Bank BRI. Hal itu bertujuan untuk membuat proses kredit mikro lebih cepat, efisien, paperless, dan digital base.
“Saat ini seluruh tenaga pemasar mikro BRI telah menggunakan BRISPOT dalam melakukan proses kredit. Hal tersebut terbukti efektif karena proses kredit mikro menjadi lebih cepat,” tutur Suprajarto.
Perlu diketahui, penghimpunan DPK BRI Menunjukan nilak yang positif hingga akhir kuartal I 2019. DPK BRI tumbuh 13,18% yoy, dari Rp 827,06 Triliun di triwulan I 2018 menjadi Rp 939,03 triliun lada triwulan I 2019.
“Komposisi dana murah menjadi penopang utama DPK BRI. Dengan pertumbuhan 14,01% secara yoy sehingga saat ini komposisi CASA BRI menjadi 56,28%,” tutur Suprajarto.
Selain itu,BANK BRI juga berhasil menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Hal tersebut tercermin dari perbaikan ratio kredit bermasalah, dimana hingga akhir Maret 2019 NPL BRI tercatat 2,41% atau lebih rendah dibandingkan NPL akhir Maret 2018, sebesar 2,46%.
Di sisi lain,Bank BRI meningkatkan NPL coverage dari semula 174,81 menjadi 182,86% pada akhir maret 2019. Hal ini membuktikan bahwa dengan akselerasi penyaluran pinjaman yang telah dilakukan Bank BRI Tetap mampu menjava agar tetap prudent.
Faktor lain laba Bank BRI yakni perolehan Fee Based Income (FBI) pada akhir Maret 2019 tercatat Rp 3,4 Triliun atau tumbuh 16,49% secara yoy dibandingkan pada Maret 2018, sebesar Rp 2,69 Triliun. Untuk ratio perbankan lainnya, tercatat LDR BRI pada Maret 2019, yakni 91,39% dengan CAR 21,91%.
“Dengan rasio yang cukup kuat, kami optimis mampu tumbuh positif dan berkelanjutan hingga mampu mencapai target-target yang ditetapkan di akhir tahun,” Imbuh Suprajarto.
(*)
No comments:
Post a Comment