Liputan6.com, Jakarta Suasana Sabtu 23 Februari 2019, kawasan pelabuhan Muara Baru, Pejaringan, Jakarta Utara berubah mencekam. Tawa nelayan yang kala itu bercengkerama di pelabuhan mendadak menjadi pekik histeris. Angin laut mengembus panas dan bau material terbakar.
Sekitar pukul 15.19 WIB, Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi Jakarta mendapatkan kabar terjadinya kebakaran kapal di Muara Baru. Petugas bergerak cepat. Belasan mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk menjinakkan si jago merah.
Kasudin Damkar Jakarta Utara Satriadi menyebut sempat terjadi ledakan saat kapal nelayan di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara terbakar.
"Pukul 15.44 WIB terjadi ledakan dari objek," ujar Satriadi saat dikonfirmasi, sabtu (23/2/2019).
Api yang diduga berasal dari kapal yang tengah diperbaiki, melumat kapal-kapal yang ada di sebelahnya. Api pun bertambah liar dan menjilati kapal-kapal lainnya.
Hingga pukul 20.30 WIB atau hampir enam jam saat peristiwa mulai terjadi, api belum berhasil dijinakkan. Petugas pemadam mencatat, sebanyak 18 kapal nelayan habis dilahap si jago merah.
Tidak hanya petugas pemadam kebakaran provinsi. Bantuan pemadaman pun dilakukan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Ditjen Hubla Kemenhub), yang menyiagakan tiga unit kapal patroli Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP).
Tiga kapal itu dikerahkan untuk membantu proses pemadaman kebakaran belasan kapal nelayan di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.
Namun, kapal patroli tersebut belum bisa mendekat lantaran area sekitar pelabuhan dipenuhi kapal yang menghindari kebakaran di Pelabuhan Muara Baru.
"Kapal-kapal tersebut standby di alur masuk pelabuhan dan belum bisa mendekat ke lokasi," ujar Direktur KPLP Ahmad dalam keterangan persnya, Sabtu (23/2/2019).
Berjibaku petugas pemadam membuahkan hasil. Hampir 15 jam akhirnya api berhasil dijinakan. Komandan Peleton Grup C Kecamatan Penjaringan Sudin Gulkarmat Jakarta Utara, Buang Miharja mengatakan, pihaknya berhasil memadamkan api Minggu (24/2/2019) sekira pukul 05.00 WIB.
Meski api berhasil dipadamkan, namun proses pendinginan tetap dilakukan agar bara-bara kebakaran tidak menyulut kebakaran susulan.
Miharja mengatakan, beberapa petugas pemadam terpaksa dilarikan ke rumah sakit sepanjang proses pemadaman, Mereka antara lain karyawan dari PT KMC Risma (20) dan Maria (20). Selain itu ada Anggo Widardo (35), petugas pemadam kebakaran dari Penjaringan Jakarta Utara.
Anggo pingsan saat berupaya memadamkan api. Saat ini seluruh korban sedang dalam perawatan medis.
"Semua korban dibawa ke Rumah Sakit Atma Jaya. Mereka rawat jalan karena sesak napas," ucap dia.
Salahkan Pemerintah
Salah satu pemilik kapal bernama Anto menyesalkan kebakaran tersebut.Dia mengaku memiliki belasan kapal yang rata-rata berukuran 30 GT hingga 100 GT. Tujuh di antaranya terbakar saat peristiwa itu terjadi.
Anto pun menyalahkan pemerintah. Menurut dia, kapalnya turut terbakar karena sulitnya mengurus izin untuk melaut. Sehingga, banyak kapal yang terpakir di pelabuhan.
"Posisi laut cukup padat. Jadi ketika api datang, kita nggak bisa minggir. Api itu pun langsung menyambar ke kapal kapal di sekitar," kata Anto di lokasi, Minggu (24/2/2019).
"Mungkin kalau perizinan lancar beda cerita. Jika ada yang satu kapal kebakar dampaknya nggak terlalu sebesar ini," imbuh dia.
Anto mengatakan, tidak mudah untuk mengantongi izin. Imbasnya, dalam setahun, satu kapal hanya bisa dua kali melaut.
"Satu kapal ada yang berbulan-bulan. Ada juga yang sampai tahunan. Yang tahunan biasanya kapal-kapal baru," ucap dia.
Anto mengaku sudah menanyakan kepada pihak-pihak yang berwenang mengurusi izin. Berbagai cara pun ditempuhnya. Namun, jawaban kerap kali tidak memuaskan.
"Kita selama ini juga sudah melengkapi dokumen segala macam. Tapi tetap saja nggak jalan. Alasannya kata mereka tunggu, tunggu saja. Kita sudah capek," terang dia.
Anto meminta kejadian kebakaran ini dijadikan bahan evaluasi untuk pemerintah. Khususnya pihak-pihak yang berwenang memberikan izin karena yang berdampak bukan hanya pengusaha tapi juga anak buah kapal, nakhoda, dan sektor lain yang terkait dengan perikanan.
"Saya cuma minta jangan hambat kami untuk melaut. Masih banyak kapal-kapal yang mangkrak karena izin. Terakhir izin dikeluarkan beberapa minggu lalu. Sekira 800 kapal," kata dia.
Penyelidikan Polisi
Polres Pelabuhan, Tanjung Priok, Jakarta Utara, mendata jumlah kapal yang terbakar di dermaga Pelabuhan Muara Baru, Penjaringan. Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok, Ajun Komisari Besar Reynold Elisa Hutagalung mengatakan, jumlah kapal yang terbakar ada 34 unit.
"Berdasarkan pengecekan langsung ada 34 kapal yang terbakar. Itu termasuk dengan jumlah bangkai kapal yang tersisa," kata Reynold saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (24/2/2019).
Dia menjelaskan, kebakaran kapal di Muara Baru terjadi pukul 15.16 WIB, Sabtu 23 Februari 2019. Api bersumber dari Kapal Motor Artamina Jaya.
"Sebelum kejadian, ada orang yang ngelas di kapal tersebut. Dugaan awal itu pemicunya," ucap Reynold.
Menurut dia, api menjalar ke sejumlah kapal yang sedang bersandar di dermaga Muara Baru tersebut. Tercatat, totalnya 34 hangus terbakar.
"Yang terbalar kapal ikan semua, jenis tradisional (kapal kayu)," ucap dia.
Saat ini, pihaknya meminta semua kapal keluar dari lokasi tersebut. Mengingat petugas pemadam kebakaran masih dalam melakukan pendinginan bangkai-bangkai kapal di Muara Baru itu.
"Kami takutnya masih ada sebagian yang berasap. Dengan situasi panas matahari kuawatir menimbulkan api kembali," tutup Reynold.
No comments:
Post a Comment