Liputan6.com, Jakarta - Menjelang akhir pekan ini, dua saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatatkan top gainers atau alami kenaikan besar. Saham BUMN apa sajakah itu?
Mengutip data RTI, Jumat (25/1/2019), saham PT Timah Tbk (TINS) mencetak kenaikan 20,91 persen ke posisi 1.330 per saham. Saham TINS sempat ditransaksikan di level tertinggi 1.350 per saham dan terendah 1.100 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 15.593 kali dengan volume perdagangan saham 30.334.608 saham. Nilai transaksi harian saham Rp 386,2 miliar.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menilai, kenaikan harga saham TINS didorong permintaan global tinggi terhadap komoditas timah.
"Karena demand terhadap timah masing tinggi, apalagi Indonesia merupakan negara eksportir timah terbesar di dunia," ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat.
Selain saham PT Timah Tbk, saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) juga membukukan kenaikan 14,81 persen ke posisi 3.100 per saham. Total frekuensi perdagangan saham KAEF mencapai 1.722 kali dengan volume perdagangan 108.116 saham. Nilai transaksi harian saham Rp 32,3 miliar.
Kenaikan dua saham BUMN itu juga terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bertahan di zona hijau. IHSG mendaki 16,18 poin atau 0,25 persen ke posisi 6.482,84.
IHSG sempat berada di level tertinggi 6.498,33 dan terendah 6.470,12. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 457.780 kali dengan nilai transaksi Rp 12,2 miliar.
IHSG Menguat 16,18 Poin
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau pada perdagangan saham menjelang akhir pekan ini.
Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (25/1/2019), IHSG menguat 16,18 poin atau 0,25 persen ke posisi 6.482,84. Indeks saham LQ45 mendaki 0,26 persen ke posisi 1.025. Sebagian besar indeks saham acuan menguat.
Penguatan IHSG tersebut tertinggi sejak April 2018. IHSG menguat didorong 216 saham yang menghijau. 204 saham melemah dan 124 saham diam di tempat.
Pada Jumat pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.498,33 dan terendah 6.470,12.
Total frekuensi perdagangan saham 457.544 kali dengan volume perdagangan 12,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 9,1 triliun. Investor asing jual saham Rp 141,80 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi Rp 14.085.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham aneka industri turun 0,07 persen dan sektor saham keuangan terpangkas 0,04 persen.
Sektor saham pertanian menguat 1,8 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi menanjak 1,13 persen dan sektor saham barang konsumsi menguat 0,37 persen.
Saham-saham yang membukukan penguatan besar antara lain saham CLAY mendaki 25 persen ke posisi Rp 925 per saham, saham NATO melonjak 24,56 persen ke posisi Rp 426 per saham, dan saham TINS menanjak 20,91 persen ke posisi Rp 1.330 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham HOME merosot 17,36 persen ke posisi Rp 119 per saham, saham TRUS melemah 17,14 persen ke posisi Rp 348 per saham, dan saham DSSA tergelincir 15,85 persen ke posisi Rp 15.000 per saham.
Bursa saham Asia kompak menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng mendaki 1,65 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 1,52 persen, indeks saham Jepang Nikkei melonjak 0,97 persen.
Selain itu, indeks saham Thailand menguat 0,20 persen, indeks saham Shanghai bertambah 0,39 persen, indeks saham Singapura menguat 0,36 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,94 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, penguatan IHSG didorong January Effect. "Selain itu stabilitas fundamental makro ekonomi domestik yang inklusif dan berkesinambungan," ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang stabil juga mendukung IHSG. "Dari eksternal ada penguatan harga komoditas dunia dan indeks regional karena membaiknya data CPI Jepang dari 0,9 persen menjadi 1,1 persen," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
No comments:
Post a Comment