Liputan6.com, Kediri - Asap yang keluar dari tungku pembakaran kayu arang hitam, menyembul aroma masakan yang terasa sedap di hidung. Satu per satu Andhy Hariyanto (40) dengan telaten memasukkan sejumlah bumbu dapur tradisional ke dalam wajan penggorengan.
Bumbu tradisional itu antara lain minyak bawang, garam, kecap manis, micin, dan kuah. Setelah itu giliran mi gepeng dimasukkan ke dalam kuah yang mendidih beserta sayuran. Sekitar 5 menit, setelah matang, mi goreng Jawa godok siap disajikan kepada pelanggan menggunakan piring dilapisi
Menu masakan ini dinamakan mi goreng kuah Jawa. Andi sengaja mengemas masakan ini menggunakan daun pisang, karena diyakini menambah citra rasa mi goreng kuah Jawa.
"Terasa sedap kalau ada daun pisangnya, bumbunya serasa menyatu," kata bapak satu anak ini, Selasa, 21 Mei 2019.
Andi menambahkan, selain daun pisang semua bahan yang digunakan untuk memasak menggunakan cara tradisional termasuk bumbu.
"Kalau memasak saya pakai tungku, bahannya kayu arang hitam. Kalau pakai kayu arang hitam, proses pembakarannya bisa stabil dan tidak berbau gas (elpiji). Tentunya masakan terasa tambah sedap. Setiap hari kayu arang yang disiapkan untuk memasak kisaran 5 sampai 6 kilo," ujar pria yang sudah menekuni bidang kuliner selama sebelas tahun ini.
Bagi Andi, selama dia mangkal berjualan makanan di jalan Slamet Riyadi Kelurahan Banjaran Kota Kediri Jawa Timur, ia tidak pernah menggunakan bumbu yang sudah jadi atau penyedap rasa. Menurutnya, bumbu yang ia pergunakan semuanya menggunakan racikannya sendiri, di antaranya minyak bawang, garam, kecap manis, dan sedikit micin.
"Sampeyan kan sudah kemana-mena mencicipi kuliner, coba dibedakan rasanya enak mana menggunakan bumbu penyedap sama dengan bumbu racikan tradisional," ucapnya balik bertanya.
Pada bulan puasa seperti saat ini, dari beberapa varian masakan yang dijual di antaranya nasi goreng, nasi mawut, mi goreng, mi goreng kuah Jawa dan krengsengan. Yang banyak diminati adalah nasi goreng kuah Jawa dan nasi goreng Jawa.
Nasi goreng dan mi goreng kuah Jawa dijual Rp12 ribu per porsi. Sementara, untuk masakan krengsengan ayam dijual Rp24 ribu per porsi.
Bahan lauk yang digunakan sebagai pelengkap di antaranya telur dipadu dengan bumbu masakan serta ayam kampung Jawa. Daging ayam kampung yang kesat dan rasanya gurih sangat klop dengan masakan Andi.
"Kan kebanyakan pelanggan lebih suka dengan daging ayam kampung. Kalau ayam horn kan terkadang ada yang enggak suka karena takut alergi. Toh rasanya lebih enak pakai ayam kampung," kata Andi.
Andi mengaku dalam setiap hari ia bisa menjual masakanya antara 50 sampai 60 porsi. Pelanggan yang datang untuk mencicipi masakannya setiap hari bukan hanya berasal dari kota Kediri, melainkan juga dari luar kota seperti Mojokerto dan Malang.
Pelanggan dari luar kota kebanyakan singgah sejenak di warung, hanya untuk membeli masakannya. Setelah itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan keluar kota.
Warung makanan Andi setiap malam, mangkal di jalan Slamet Riyadi, Kelurahan Banjaran, Kota Kediri. Buka pukul 18.30 WIB hingga pukul 00.30 dini hari menjelang sahur.
Simak juga video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment