Liputan6.com, Beirut - Ada banyak ilmuwan wanita di dunia ini, seperti Madame Marie Curie, yang memenangkan Penghargaan Nobel bergengsi di bidang sains. Namun sayangnya, nama mereka tidak dikenal dengan baik pada masa kini.
Para peneliti wanita itu kebanyakan membuat terobosan baru, membuka wawasan rinci, atau berjasa besar untuk bidang ilmu pengetahuan.
Dengan kehadiran mereka, orang-orang di zaman modern sekarang --beberapa-- sadar bahwa sains tak melulu didominasi oleh pria.
Berikut 3 ahli sains wanita yang kurang dikenal publik, namun memberikan kontribusi nyata dan mumpuni di sektor ilmu pengetahuan. Sebagaimana dikutip dari situs Wonderlist, Senin (25/2/2019).
Saksikan video pilihan berikut ini:
1. Lise Meitner
Lise Meitner adalah seorang fisikawan berdarah Austria-Swedia. Keahliannya terletak pada radioaktivitas dan fisika nuklir. Dia bersama dan rekan lamanya, Otto Hahn, berhasil menemukan fisi nuklir uranium. Karena itulah, Albert Einstein memujinya sebagai "German Marie Curie."
Penelitian awal Meitner dimulai saat dia berusia 8 tahun, ketika dia menyimpan sebuah buku catatan sains di bawah bantal. Dari situlah, ketertarikannya pada matematika dan ilmu pengetahuan dimulai.
Hal pertama yang dia pelajari adalah warna-warna minyak yang licin, film-film negatif, dan cahaya yang dipantulkan. Meitner belajar fisika dan kemudian menjadi wanita kedua yang memperoleh gelar doktor dalam bidang fisika di University of Vienna pada tahun 1905.
Dia kemudian merantau ke Berlin, di mana dia bertemu fisikawan senior yang menjadi dosennya saat melanjutkan kuliah di Jerman, Max Planck, yang gemar menyepelekan siswa perempuan.
Namun menariknya, Planck mengizinkan Meitner mengikuti kelasnya. Setahun kemudian, Planck menunjuk Meitner sebagai asisten riset untuk ahli kimia Otto Hahn. Dari kolaborasi ini, mereka berdua mulai membuat beberapa penemuan baru.
Meitner bekerja bersama Hahn selama 30 tahun, masing-masing memimpin bagian di Kaiser Wilhelm Institute for Chemistry. Hahn dan Meitner terus bersinergi untuk mempelajari radioaktivitas, dengan kombinasi pengetahuan keduanya dalam hal fisika dan kimia.
Pada tahun 1912, tim riset Hahn-Meitner pindah ke Kaiser-Wilhelm-Institute (KWI) yang baru didirikan di Berlin-Dahlem, barat daya Berlin. Meitner bekerja tanpa digaji sebagai "peneliti tamu" di departemen Radiochemistry pimpinan Hahn.
Di sana, Meitner menjabat sebagai orang yang merawat dan menangani peralatan sinar-X dalam Perang Dunia I.
Lalu pada tahun 1918, mereka menemukan unsur protactinium. Dia dan Hahn melakukan "penelitian transuranium".
Pada tahun 1926, Meitner menjadi wanita pertama di Jerman yang memangku jabatan sebagai profesor penuh waktu di bidang fisika, di University of Berlin.
Pada tahun 1935, ia kemudian memegang jabatan sebagai kepala departemen fisika dari Kaiser Wilhelm Institute for Chemistry.
Di satu sisi, program "penelitian transuranium" yang pernah mereka berdua kerjakan, akhirnya mengarah pada penemuan tak terduga, yakni fisi nuklir inti berat pada Desember 1938. Namun temuan ini terungkap setelah setengah tahun Meitner meninggalkan Berlin.
Pada tahun 1944, Hahn dianugerahi Hadiah Nobel untuk Kimia atas penelitiannya mengenai fisi, tetapi Meitner diabaikan. Hal ini diduga karena Hahn meremehkan peran Meitner sejak wanita kelahiran Wina ini meninggalkan Jerman.
2. Emmy Noether
Amalie Emmy Noether adalah ahli matematika kelahiran Erlangen, Jerman. Keahliannya dalam aljabar abstrak dan fisika teoretis tak boleh disepelekan.
Noether dapat disebut sebagai ibu matematika modern. Dia benar-benar menulis ulang buku-buku tentang konsep matematika. Karena alasan inilah, Albert Einstein menyebutnya sebagai wanita paling penting dalam sejarah matematika.
Noether mengembangkan teori cincin, bidang, dan aljabar. Dalam bidang fisika, teorema Noether menjelaskan hubungan antara hukum simetri dan konservasi.
Karya-karya Noether dalam aljabar dan topologi abstrak, berpengaruh dalam matematika. Sedangkan dalam fisika, penelitian Noether digunakan dalam studi lubang hitam (black hole) --objek yang masih menjadi fiksi ilmiah selama beberapa dekade setelah kematiannya.
Meskipun dia adalah dosen di University of Gottingen, namun sesungguhnya dia menghadapi banyak masalah dalam masa studinya. Noether hanya diizinkan untuk mengaudit kelas daripada berpartisipasi secara penuh. Selain itu, dia juga membutuhkan izin dari masing-masing profesor, bila dia ingin mengikuti kelas mereka.
Hasil penelitian Noether terus menjadi relevan untuk pengembangan fisika teoretis dan matematika. Dia secara konsisten dinobatkan sebagai salah satu ahli matematika terhebat Abad ke-20.
Untuk mengenang jasa-jasanya, nama Emmy Noether disematkan pada kawah Bulan yang berada di sisi gelap. Termasuk planet kecil yang bernama Noether.
3. Kathleen Lonsdale
Dame Kathleen Lonsdale adalah ahli kristalografi kelahiran Newbrudge, Irlandia. Dia memiliki pengaruh besar pada pengembangan kristalografi sinar-X dan bidang terkait dalam kimia dan fisika.
Pada tahun 1945, Lonsdale adalah wanita pertama, bersama dengan ahli mikrobiologi Marjory Stephenson, yang diakui sebagai anggota Royal Society.
Dia belajar di Woodford County High School for Girls, kemudian pindah ke Ilford County High School for Boys untuk belajar matematika dan sains, karena sekolah perempuan tidak menawarkan mata pelajaran ini.
Dia memperoleh gelar Sarjana Sains dari Bedford College for Women pada tahun 1922, lulus dengan menyandang gelar MSc dari University College London pada tahun 1924 dalam bidang fisika.
Selain itu, Lonsdale adalah orang pertama yang menggunakan metode spektral Fourier untuk menyelesaikan struktur hexachlorobenzene pada tahun 1931.
Lonsdale juga bekerja pada sintesis berlian. Dia adalah pelopor dalam penggunaan sinar-X untuk mempelajari kristal. Dia memberikan bukti eksperimental pertama dari planaritas cincin benzen, geometri yang tidak pasti pada kala itu. Temuan ini memberikan dasar utama untuk kimia organik, seperti yang kita kenal sekarang.
Lonsdale pun membantu mengkonfirmasi konsep orbital molekul "σ" dan "π" dengan mengukur dimensi kedua molekul ini secara eksperimental.
Ada bangunan yang dinamai untuk menghormatinya di University College London, di University of Limerick, dan di Dublin City University. Dia terpilih sebagai presiden wanita pertama dari International Union of Crystallography.
No comments:
Post a Comment