Indeks saham S&P 500 dan Nasdaq pun capai level tertinggi usai pidato Powell. Sedangkan dolar AS melemah terhadap mata uang lain. Pelaku pasar bertaruh bank sentral AS tetap menaikkan suku bunga pada September dan Desember.
"Trump memicu ekonomi dengan stimulus fiskal dan kemudian meminta tidak memperketat suku bunga tetapi the Fed melakukan normalisasi kebijakan moneter, dan tidak benar-benar mengencangkannya. Ini menyertai pemulihan dan mengangkat suku bunga hingga ke titik di mana mereka normal," ujar Ekonomm OECD, Laurence Boone.
"Kondisi keuangan sangat bagus, dan (Powell) mengencangkan sejalan dengan tren itu," tambah dia.
Sementara itu, Ekonom MIT Sloan School of Management, Antoinette Shoar menuturkan the Fed harus tetap bertahan. "Kebijakan the Fed seharusnya tidak ada hubungannya dengan politik," ujar Schoar.
Pimpinan the Fed dari St Louis James Bullard menuturkan, kalau the Fed sebaiknya jeda menaikkan suku bunga mengingat stimulus ekonomi dari pemangkasan pajak dan perjanjian anggaran pemerintah yang meningkat akan memudar pada tahun depan.
Adapun dalam pertemuan simposium ini juga menandai soal risiko kebijakan perdagangan Trump terutama menerapkan tarif kepada China, Uni Eropa dan Kanada.
Adapun tema penelitian dalam konferensi Jackson Hole melibatkan perubahan struktur pasar. Powell menuturkan tema itu diambil untuk mengurangikan mengapa pergeseran dalam konsep seperti tingkat pekerjaan penuh dan bunga netral membenarkan kenaikan suku bunga secara bertahap.
Ia menuturkan, kesalahan the Fed pada masa lalu seperti salah prediksi soal tenaga kerja dan mempengaruhi inflasi pada 1970. Dengan tingkat pengangguran yang rendah, Powell menuturkan pihaknya mengetatkan kebijakan moneter untuk mencegah inflasi dan overheating.
Hal tersebut dilakukan meski menekan pertumbuhan tenaga kerja dan ekspansi."Resolusi bergerak dengan hati-hati. Saya melihat kenaikan suku bunga secara bertahap juga pertimbangkan kedua risiko ini," tutur Powell.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
No comments:
Post a Comment